Polarisasi Cahaya
Sebagai
gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya
dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi
(penyerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan.
1. Polarisasi karena refleksi
Pemantulan
akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya
membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan
sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar
bias, berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip
. Dengan demikian, berlaku pula
Jadi, diperoleh persamaan
Dengan
n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1
adalah medium tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah
sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan
bentuk matematis dari Hukum Brewster.
Gambar
1. Polarisasi karena refleksi
2.
Polarisasi karena absorbsi selektif
Gambar
2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan
orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.
Polarisasi
jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid
bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya
dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah
getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.
Gambar
3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua
disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ
Seberkas
cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal
yaitu hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya
cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E yang
tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejajar
sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan
analisator menjadi:
E2
= E cos θ
Jika
cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator)
memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang
melewati polarisator adalah:
I1
= ½ I0
Cahaya
dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan
keluar dengan intensitas menjadi:
I2
= I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ
3. Polarisasi karena pembiasan ganda
Jika
berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke
segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya
memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit
dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu
memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya
yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua
arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas
sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius
(disebut berkas sinar istimewa).
Gambar
4. Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.
4. Polarisasi karena hamburan
Jika
cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan
memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali
cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada
peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati
pada warna biru yang ada di langit kita.
Gambar
5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan
Sebelum
sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di
atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu.
Oleh karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya
merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang
sampai ke mata kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar